Setelah pernyataan Adi
beberapa hari lalu, Nita mulai berfikir kedepannya. Bagaimana jika benar kalau
mereka harus mejalin hubungan jarak jauh? Bagaimana jika nanti aku tidak kuat
atau bahakan ia tidak kuat? Bagaimana jika diantara kita ada yang berpaling?
Setiap pertanyaan demi pertanyaan buruk terbesit dalam otak Nita. Lalu
bagaimana kelanjutan hubungan kami???
Alhasil, sikap dan sifat Nita
mulai berubah terhadap Adi. Nita menjadi mudah marah, dan enggan untuk bertemu
Adi. Bukan karena Nita sudah tidak ada perasaan lagi dengan kekasihnya itu,
lantaran ia kesal dan lagi Adi yang tidak mudah mengerti dengan apa yang Nita inginkan.
Sebetulnya, Nita sangat merindukan Adi. Hanya saja ia tidak mau untuk bertemu
Adi. Bahkan untuk mengangkat telpon dari Adi saja ia mau tidak mau. Seorang
Nita akan menjadi diam dan merasa malas kalau sudah terlalu lama menahan rindu,
ya jadi Nita memlihin untuk diam dan lagi-lagi menunggu. Entah sampai kapan
bisa menunggu Adi untuk dapat menemuinya?
Konflik disetiap harinya
mungkin membuat Adi kesal atau apalah itu. Nita merasa Adi mulai berubah, mulai
berbeda tidak sama halnya seperti pertama kali mereka kenal atau bahkan pertama
kali mereka menjalin hubungan berpacaran. Entah memang Nita yang seperti ini,
atau bahkan hampir semua wanita merasakan hal yang sama seperti apa yang Nita
rasakan kalau lelaki hanya baik diawal dan setelah mendapatkan wanita yang
diinginkan mereka langsung berubah menjadi cuek atau bahkan acuh. Nita pun
merasakan hal demikian, Adi hanya manis diawal saja, Adi pun sudah rada berbeda
tidak seperti dulu. Apa ini hanya fikiran Nita yang mulai tidak karuan karena
terbawa rasa rindu?
Sudah hampir satu minggu
berlalu, dan konflik ini masih terus berlanjut. Belum mereda bahkan mungkin
bisa dibilang kalau bara apinya makin besar. Nita ingin sekali bertemu Adi,
walau hanya sekedar bercerita atau bahkan membagi canda tawa. Tapi apa daya,
Adi sedang sibuk mengurus berkas lamaran kerjanya. Sesekali Adi mengajak Nita
bertemu hanya untuk sekedar makan bersama, tetapi Nita menolaknya. Nita juga
belum mengetahui bagaimana kelanjutan proses lamaran kerja Adi. Apakah Adi jadi
ditetapkan diluar Jakarta, atau malah di Jakarta, atau bisa jadi di daerah
Bekasi. Entah, Nita tidak ingin menanyakannya kepada Adi. Biar saja semua
berjalan seperti biasanya, anggap saja tidak ada kaa LDR, fikir Nita.
Sungguh, Nita sangat
merindukan Adi. Nita menunggu waktu dimana mereka dapat bertemu, bersenda gurau
bersama, melakukan hal konyol seperti biasnya bersama. Aah sudahlah, nanti akan
ada waktunya. Terlebih lagi, Nita merindukan saat diman Ia, Adi, Tina, dan
Inal, sahabat Adi bermain bersama. Mereka kerap melakukan hal konyol didepan
umum bersama. Aku merasa bahagia kalau tiba saatnya kami bertemu berempat, lalu
kami melakukan hal-hal konyol diluar nalar dan dugaan. Haha itu sangan
menggelikan... dan aku merindukan hal itu, batin Nita. Nita terus membatin seperti
itu, layaknya seseorang yang tidak akan lagi bertemu untuk saling bercanda tawa
bersama. Gimana tidak? Beberapa minggu lalu, Tina dan Inal baru saja
bertengkar. Pertengkaran yang hebat, dimana Inal enggan untuk bertemu Tina,
bahkan Inal enggan utnuk berucap “iya aku maafin” kepada Tina. Tapi selang
beberapa minggu, konflik itu pun padam.
Nita dan Adi dibantu Trisna
berusaha menyatukan mereka lagi, tapi Inal bersikeras menolak untuk diajak
bergabung dengan kami. Beberapa kali aku mencoba mengajak Inal untuk sekedar
bermain bersama, tetapi ia menolaknya dengan alasan ada urusan dan sebagainya. Nita
tau sebenarnya Tina dan Inal sudah berbaikan, hanya saja Inal masih enggan
untuk bergabung kembali. Aku paham itu..
Oh
ya, Trisna itu sahabat Adi dan Inal. Sedikit flashback, semenjak Tina dan Inal
bertengkar, Adi dan Nita yang seharusnya bersama Inal dan Tina, kini mereka
berpergian dengan Trisna dan Iyan kekasih Trisna. Sama saja, suasananya ramai
karena memang Adi dan Nita yang sedikit gila dengan tingkah lakunya. Hanya..
Iyan tidak segila Tina. Mungkin ia masih malu-malu, dan belum memahami sifat
dan sikap kami.
Sudah
seminggu berlalu, tetapi pertengkaran ini belum usai. Aku akui, Adi sabar
menghadapi sikap Nita belakangan ini. Adi masih tetap menghubungi Nita walaupun
Nita menanggapinya dengan sedikit ketus. Bahkan Adi masih saja menanyakan
sebuah alamat pada Nita via telpon kalau ia tidak tau jalan dan harus kealamat
tersebut. Entah akan jadi seperti apa kelanjutan hubungan mereka, semoga semua
lekas membaik seperti sediakala. Semoga Inan dan Tina dapat bergabung lagi
dengan Nita, Adi. Semoga Trisna dan Iyan juga bisa tetap bergabung walau
mungkin Iyan berfikiran Nita sedikit gila karena tingkah lakunya...
to be continue...