LDR? Long Distance Reletion(shit)ship - Page 2

Jumat, 15 Mei 2015 0 komentar
....
Setelah pernyataan Adi beberapa hari lalu, Nita mulai berfikir kedepannya. Bagaimana jika benar kalau mereka harus mejalin hubungan jarak jauh? Bagaimana jika nanti aku tidak kuat atau bahakan ia tidak kuat? Bagaimana jika diantara kita ada yang berpaling? Setiap pertanyaan demi pertanyaan buruk terbesit dalam otak Nita. Lalu bagaimana kelanjutan hubungan kami???
Alhasil, sikap dan sifat Nita mulai berubah terhadap Adi. Nita menjadi mudah marah, dan enggan untuk bertemu Adi. Bukan karena Nita sudah tidak ada perasaan lagi dengan kekasihnya itu, lantaran ia kesal dan lagi Adi yang tidak mudah mengerti dengan apa yang Nita inginkan. Sebetulnya, Nita sangat merindukan Adi. Hanya saja ia tidak mau untuk bertemu Adi. Bahkan untuk mengangkat telpon dari Adi saja ia mau tidak mau. Seorang Nita akan menjadi diam dan merasa malas kalau sudah terlalu lama menahan rindu, ya jadi Nita memlihin untuk diam dan lagi-lagi menunggu. Entah sampai kapan bisa menunggu Adi untuk dapat menemuinya?
Konflik disetiap harinya mungkin membuat Adi kesal atau apalah itu. Nita merasa Adi mulai berubah, mulai berbeda tidak sama halnya seperti pertama kali mereka kenal atau bahkan pertama kali mereka menjalin hubungan berpacaran. Entah memang Nita yang seperti ini, atau bahkan hampir semua wanita merasakan hal yang sama seperti apa yang Nita rasakan kalau lelaki hanya baik diawal dan setelah mendapatkan wanita yang diinginkan mereka langsung berubah menjadi cuek atau bahkan acuh. Nita pun merasakan hal demikian, Adi hanya manis diawal saja, Adi pun sudah rada berbeda tidak seperti dulu. Apa ini hanya fikiran Nita yang mulai tidak karuan karena terbawa rasa rindu?
Sudah hampir satu minggu berlalu, dan konflik ini masih terus berlanjut. Belum mereda bahkan mungkin bisa dibilang kalau bara apinya makin besar. Nita ingin sekali bertemu Adi, walau hanya sekedar bercerita atau bahkan membagi canda tawa. Tapi apa daya, Adi sedang sibuk mengurus berkas lamaran kerjanya. Sesekali Adi mengajak Nita bertemu hanya untuk sekedar makan bersama, tetapi Nita menolaknya. Nita juga belum mengetahui bagaimana kelanjutan proses lamaran kerja Adi. Apakah Adi jadi ditetapkan diluar Jakarta, atau malah di Jakarta, atau bisa jadi di daerah Bekasi. Entah, Nita tidak ingin menanyakannya kepada Adi. Biar saja semua berjalan seperti biasanya, anggap saja tidak ada kaa LDR, fikir Nita.
Sungguh, Nita sangat merindukan Adi. Nita menunggu waktu dimana mereka dapat bertemu, bersenda gurau bersama, melakukan hal konyol seperti biasnya bersama. Aah sudahlah, nanti akan ada waktunya. Terlebih lagi, Nita merindukan saat diman Ia, Adi, Tina, dan Inal, sahabat Adi bermain bersama. Mereka kerap melakukan hal konyol didepan umum bersama. Aku merasa bahagia kalau tiba saatnya kami bertemu berempat, lalu kami melakukan hal-hal konyol diluar nalar dan dugaan. Haha itu sangan menggelikan... dan aku merindukan hal itu, batin Nita. Nita terus membatin seperti itu, layaknya seseorang yang tidak akan lagi bertemu untuk saling bercanda tawa bersama. Gimana tidak? Beberapa minggu lalu, Tina dan Inal baru saja bertengkar. Pertengkaran yang hebat, dimana Inal enggan untuk bertemu Tina, bahkan Inal enggan utnuk berucap “iya aku maafin” kepada Tina. Tapi selang beberapa minggu, konflik itu pun padam.
Nita dan Adi dibantu Trisna berusaha menyatukan mereka lagi, tapi Inal bersikeras menolak untuk diajak bergabung dengan kami. Beberapa kali aku mencoba mengajak Inal untuk sekedar bermain bersama, tetapi ia menolaknya dengan alasan ada urusan dan sebagainya. Nita tau sebenarnya Tina dan Inal sudah berbaikan, hanya saja Inal masih enggan untuk bergabung kembali. Aku paham itu..
            Oh ya, Trisna itu sahabat Adi dan Inal. Sedikit flashback, semenjak Tina dan Inal bertengkar, Adi dan Nita yang seharusnya bersama Inal dan Tina, kini mereka berpergian dengan Trisna dan Iyan kekasih Trisna. Sama saja, suasananya ramai karena memang Adi dan Nita yang sedikit gila dengan tingkah lakunya. Hanya.. Iyan tidak segila Tina. Mungkin ia masih malu-malu, dan belum memahami sifat dan sikap kami.
            Sudah seminggu berlalu, tetapi pertengkaran ini belum usai. Aku akui, Adi sabar menghadapi sikap Nita belakangan ini. Adi masih tetap menghubungi Nita walaupun Nita menanggapinya dengan sedikit ketus. Bahkan Adi masih saja menanyakan sebuah alamat pada Nita via telpon kalau ia tidak tau jalan dan harus kealamat tersebut. Entah akan jadi seperti apa kelanjutan hubungan mereka, semoga semua lekas membaik seperti sediakala. Semoga Inan dan Tina dapat bergabung lagi dengan Nita, Adi. Semoga Trisna dan Iyan juga bisa tetap bergabung walau mungkin Iyan berfikiran Nita sedikit gila karena tingkah lakunya...



to be continue...
           





 

©Copyright 2016 Dreamwalker~